Pengertian Empiris, Ciri-Ciri, Tokoh, Teori, dan Contoh Datanya

TEMPO.CO, JakartaIstilah “empiris” merujuk pada segala sesuatu yang diperoleh dari pengalaman, khususnya yang dihasilkan melalui observasi, eksperimen, atau penemuan.

Kata ini sering muncul dalam konteks ilmiah, seperti dalam penelitian atau kajian di berbagai disiplin ilmu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini


Pengertian Empiris, Ciri-Ciri, Tokoh, Teori, dan Contoh Datanya

Sumber dari e-journal.usd.ac.id menyatakan bahwa kata empiris berasal dari bahasa Yunani, yaitu empeiria yang berarti pengalaman indrawi. Mari kita dalami lebih jauh tentang konsep empiris beserta contohnya.

Pengertian Empiris

Menurut informasi dari repository.narotama.ac.id, empiris merupakan kondisi yang didasarkan pada peristiwa nyata yang diperoleh melalui penelitian, observasi, atau eksperimen. Proses ini melibatkan indra manusia, sehingga pengetahuan tersebut dapat dipahami atau diterima oleh orang lain.

Sebagaimana dijelaskan oleh dspace.uii.ac.id, empiris adalah keadaan yang bergantung pada bukti atau konsekuensi yang dapat diamati secara langsung. Data empiris sendiri mengacu pada informasi yang dihasilkan dari pengamatan atau percobaan.

Sejalan dengan itu, laman journal.forikami.com mencatat bahwa empirisme merupakan aliran filsafat yang menekankan bahwa semua pengamatan berasal dari pengalaman manusia melalui panca indra.

Dengan demikian, empiris dapat dipahami sebagai doktrin filosofis yang menekankan pentingnya pengalaman dalam memperoleh pengetahuan serta mereduksi peran akal dalam proses tersebut.

Sejarah Empiris

Istilah empiris telah ada sejak zaman Yunani Kuno, dengan tokoh pentingnya seperti Democritus (600-370 SM). Pada abad ke-17 dan ke-18, aliran empirisme mengalami perkembangan pesat, khususnya di Inggris, sebagai respons terhadap ketidakpuasan terhadap rasionalisme yang dominan saat itu.

Para pemikir empiris menolak kebenaran yang tidak didasarkan pada pengalaman, baik yang terjadi di masa kini maupun yang akan datang.

Mereka juga menolak pengetahuan yang berasal dari intuisi atau pemahaman bawaan. Aliran empiris ini diperkuat oleh tokoh-tokoh seperti Francis Bacon, John Locke, Thomas Hobbes, George Berkeley, dan David Hume.

Ciri-Ciri Empiris

Mengacu pada etheses.uin-malang.ac.id, berikut adalah beberapa karakteristik dari penelitian yang bersifat empiris:

Pendekatan melalui pengamatan indra.

Dimulai dengan pengumpulan fakta sosial atau hukum.

Umumnya menggunakan hipotesis untuk diuji.

Menggunakan alat penelitian, seperti wawancara atau kuesioner.

Dapat menggunakan analisis kualitatif, kuantitatif, atau kombinasi keduanya.

Hasilnya bebas dari penilaian subjektif peneliti.

Sementara itu, menurut Sudaryono (2001) di journal.uny.ac.id, terdapat beberapa karakteristik dari paham empiris, antara lain:

Dunia dipandang sebagai kesatuan yang saling terhubung melalui hubungan sebab akibat.

Perkembangan akal manusia ditentukan oleh pengalaman indrawi.

Sumber pengetahuan berasal dari kebenaran yang dapat dibuktikan.

Pengetahuan diperoleh melalui pengalaman.

Akal tidak dapat menghasilkan pengetahuan secara mandiri.

Aliran ini mengkritik rasionalisme yang dianggap tidak membawa kemajuan.

Paham ini menekankan praktikalitas atau manfaat dalam filsafat.

Metode ilmiah digunakan dalam penemuan pengetahuan, di mana ilmu pengetahuan dihasilkan melalui observasi, percobaan, pengumpulan fakta, dan penarikan kesimpulan.

Metode yang diterapkan adalah metode induktif.

Jenis-Jenis Empiris

Mengutip dari journal.uny.ac.id, terdapat beberapa jenis paham empiris berdasarkan kategorinya, yaitu:

Empirisme Absolut

Paham ini berargumen bahwa tidak ada a priori (ide yang telah ada sebelumnya), baik dalam konsep formal maupun kategorikal, termasuk dalam proposisi.

Dengan kata lain, tidak ada ide bawaan yang dimiliki seseorang sebelum berinteraksi dengan realitas.

Empirisme Substantif

Paham ini lebih moderat dan mengakui adanya a priori dalam konsep formal (struktur logika dan matematika dalam ilmu pengetahuan). Namun, tidak mengakui konsep kategorikal dan proposisi.

Empirisme Parsial

Paham ini mengakui adanya konsep lain yang bersifat a priori selain konsep formal. Kadang-kadang, terdapat juga proposisi informatif yang substansial tentang alam yang tidak bersifat empiris.

Tokoh dan Teori Empiris

Berikut adalah beberapa tokoh yang berkontribusi pada pengembangan teori empiris:

Aristoteles

Aristoteles berpendapat bahwa tingkat realitas tertinggi adalah apa yang dapat diamati oleh indra, dan bahwa objek dalam jiwa manusia hanyalah representasi dari objek-objek alam.

Dengan demikian, dunia adalah realitas yang sejati, dan tidak ada sesuatu pun dalam kesadaran yang belum pernah dialami oleh indra manusia.

Francis Bacon

Menurut Francis Bacon, tujuan ilmu pengetahuan adalah untuk memberikan manusia kemampuan menguasai alam, di mana ilmu harus memiliki manfaat praktis dan meningkatkan dominasi manusia terhadap semesta.

Bacon yakin bahwa dengan pengetahuan, manusia dapat mengontrol alam.

Thomas Hobbes

Thomas Hobbes dianggap sebagai pelopor empiris modern yang menjadi dasar bagi pemikiran modern, empirisme, dan rasionalisme.

Hobbes memandang pengalaman sebagai sumber utama pengetahuan, dan segala sesuatu yang ada ditentukan oleh hubungan sebab akibat yang mengikuti hukum ilmu pengetahuan dan alam.

John Locke

John Locke berpendapat bahwa pikiran manusia ibarat kanvas kosong yang diisi oleh ide-ide yang berasal dari pengalaman.

Teori ini dikenal dengan istilah Tabula Rasa, yang menggambarkan bahwa pikiran manusia, seperti kertas kosong, akan memiliki bentuk dan tulisan yang terbentuk dari interaksi dengan lingkungan.

David Hume

David Hume dikenal sebagai sosok skeptis yang tidak mudah mempercayai segala hal. Skeptisisme Hume mendorong masyarakat untuk kembali pada rasionalitas dan berpikir kritis, sehingga tidak gampang percaya pada klaim-klaim yang sering kali tidak berbasis fakta.

Contoh Data Empiris

Berikut adalah beberapa contoh data empiris dalam berbagai bidang:

Kesehatan: pengukuran tekanan darah, suhu tubuh, dan hasil scan MRI.

Sosial: hasil survei kepuasan pelanggan, tingkat kriminalitas, dan data demografi penduduk.

Sains: hasil penelitian di laboratorium, data prakiraan cuaca, dan pengamatan fenomena alam.

Ekonomi: tingkat inflasi, tingkat pengangguran, dan data penjualan.

Pilihan Editor: Konsep Aglomerasi: Pengertian, Contoh, dan Penyebabnya