Penyebab Terjadinya Burnout Usai Berlibur, Hindari Agar Liburan Tidak Sia-sia

Meskipun liburan baru saja berlalu, risiko burnout tetap mengintai. Pelajari penyebab dan cara pencegahannya:





Penyebab Terjadinya Burnout Usai Berlibur, Hindari Agar Liburan Tidak Sia-sia
Gejala Burnout Syndrome yang Penting Dikenali, Ketahui Juga Penyebabnya (©unsplash)

Liburan seharusnya menjadi momen untuk merelaksasi diri dan menyegarkan pikiran. Namun, apakah Anda pernah merasa lelah, cemas, atau bahkan tertekan ketika kembali ke rutinitas setelah liburan? Fenomena ini, yang dikenal sebagai burnout pasca-liburan, adalah pengalaman yang umum terjadi.

Bagi sebagian orang, kembali ke pekerjaan setelah liburan dapat menjadi tantangan besar. Bagi mereka yang telah merasakan burnout, yaitu kondisi kelelahan emosional serta sikap pesimis terhadap pekerjaan, transisi ini bisa jauh lebih sulit.

Pertanyaan yang Sering Diajukan

  • Mengapa burnout dapat muncul kembali setelah liburan?

    Kembali bekerja setelah liburan sering kali terasa melelahkan. Bagi mereka yang pernah mengalami burnout sebelumnya, proses ini bisa menjadi lebih menantang.

  • Apa yang menyebabkan burnout?

    Burnout umumnya disebabkan oleh tekanan kerja yang berlebihan, konflik dengan rekan kerja, atau kurangnya pengakuan atas usaha yang dilakukan.

  • Mengapa burnout bisa terjadi?

    Tuntutan pekerjaan yang tinggi atau waktu yang terbatas untuk menyelesaikan tugas dapat membuat seseorang merasa tertekan. Beban kerja yang berlebihan dapat memicu stres kronis dan menghalangi individu untuk menemukan waktu beristirahat.

  • Apa itu burnout?

    Burnout adalah kondisi kesehatan mental yang ditandai dengan stres berkepanjangan, kehilangan motivasi, dan penurunan produktivitas.

  • Gejala apa yang menandakan terjadinya burnout?

    Burnout sering kali berkembang secara perlahan dan sulit dikenali. Beberapa gejala yang perlu diperhatikan adalah: 1. Kelelahan yang Berkelanjutan: Merasa lelah secara fisik dan emosional meskipun sudah beristirahat. 2. Sikap Sinis terhadap Pekerjaan: Pekerjaan yang dulunya menyenangkan terasa membosankan. 3. Penurunan Produktivitas: Kesulitan berkonsentrasi dan sering menunda pekerjaan. 4. Masalah Kesehatan: Burnout dapat menyebabkan sakit fisik, gangguan tidur, hingga masalah kesehatan serius lainnya.

Apa Itu Burnout?

Burnout adalah kondisi yang ditandai dengan kelelahan emosional, fisik, dan mental akibat stres kerja yang berkepanjangan. Menurut CNA, burnout muncul dari perasaan tidak memiliki kendali atas pekerjaan. Gejalanya meliputi kecemasan yang terus-menerus dan rasa lelah yang tidak kunjung hilang, bahkan saat mendekati hari kerja. Burnout juga dapat mempengaruhi aspek kehidupan di luar pekerjaan.

Dr. Thea Gallagher, seorang psikolog klinis, menjelaskan bahwa individu yang mengalami burnout sering merasa terjebak dalam rutinitas sehari-hari. “Tanggung jawab dalam keluarga, waktu untuk bersosialisasi, dan hobi sering kali terabaikan,” ujarnya. Bahkan ketika memiliki waktu luang, mereka mungkin merasa terlalu lelah atau kehilangan minat untuk melakukan aktivitas yang menyenangkan.

Mengapa Burnout Muncul Setelah Liburan?

Meskipun liburan dapat memberikan solusi sementara untuk mengatasi stres kerja, bagi mereka yang mengalami burnout parah, liburan seringkali hanya memberikan efek sementara. Selama masa liburan, kecemasan mungkin berkurang, tetapi biasanya akan kembali muncul saat harus kembali ke pekerjaan.

Dr. Gallagher menjelaskan bahwa salah satu penyebab mengapa burnout terasa lebih berat setelah liburan adalah karena orang cenderung bekerja lebih keras menjelang liburan. “Transisi dari bekerja ekstra keras menuju liburan, lalu kembali bekerja bisa sangat melelahkan,” jelasnya.





Penyebab Terjadinya Burnout Usai Berlibur, Hindari Agar Liburan Tidak Sia-sia
1 dari 3 karyawan mengalami burnout yang berdampak pada hasil pekerjaan yang tidak maksimal. Credits: pexels.com by Andrea Piacquadio © 2024 Liputan6.com

Mengenali Tanda-Tanda Burnout Usai Liburan

Dr. Jeanette M. Bennett, seorang peneliti stres dan kesehatan, merekomendasikan beberapa pertanyaan yang perlu diajukan kepada diri sendiri setelah kembali bekerja:

Apakah Anda tidur nyenyak saat liburan, tetapi sekarang kesulitan untuk tidur?

Apakah detak jantung Anda meningkat saat menuju kantor atau membuka aplikasi kerja?

Apakah jadwal kerja Anda tidak memberi ruang untuk bersantai atau berkumpul dengan orang-orang terdekat?

Jika Anda menjawab “ya” untuk pertanyaan-pertanyaan ini, kemungkinan besar Anda mengalami burnout.

Cara Mempermudah Transisi Kembali Bekerja

Untuk menghindari burnout setelah liburan, ada beberapa langkah yang bisa Anda ambil:

1. Ambil Hari Penyangga (Buffer Day): Jika memungkinkan, gunakan satu hari sebelum kembali bekerja untuk beristirahat dan beradaptasi. Luangkan waktu untuk merapikan barang-barang, berbelanja kebutuhan sehari-hari, dan perlahan kembali ke rutinitas di rumah agar transisi terasa lebih mudah.

2. Rencana Kerja yang Realistis: Buat daftar tugas yang realistis untuk hari pertama kerja. Fokuslah pada menyelesaikan tugas-tugas kecil agar tidak merasa kewalahan.

3. Perhatikan Respons Tubuh terhadap Stres: Catat bagaimana perasaan Anda setiap hari. Misalnya, jika merasakan kecemasan sebelum rapat, coba teknik pernapasan atau berjalan sejenak untuk menyegarkan pikiran.





Penyebab Terjadinya Burnout Usai Berlibur, Hindari Agar Liburan Tidak Sia-sia
Burnout (photo: Freepik/stockking) @ 2024 trstdly.com

Mengelola Stres di Tempat Kerja

Dr. Bennett menekankan pentingnya berbicara dengan rekan kerja untuk mengidentifikasi “gangguan kecil” di tempat kerja yang dapat menimbulkan stres. Contohnya, rapat yang tidak perlu atau tugas yang seharusnya bisa didelegasikan.

Christina Maslach, seorang profesor psikologi yang melakukan penelitian mengenai burnout, menyarankan untuk mencari dukungan dari rekan kerja. Diskusi tentang cara mengelola beban kerja atau menghadapi atasan yang sulit dapat membantu Anda merasa lebih terbantu.

Jika pekerjaan Anda terus-menerus menyebabkan stres yang tidak dapat dikelola, mungkin saatnya mempertimbangkan untuk mencari pekerjaan baru. Namun, jika itu tidak memungkinkan, Dr. Bennett menyarankan untuk mengevaluasi beban kerja Anda dan berdiskusi dengan atasan mengenai perubahan yang diperlukan.

Burnout setelah liburan adalah kenyataan yang dapat dihadapi, tetapi dapat dicegah dengan langkah-langkah yang tepat. Mengelola transisi kembali bekerja, mengenali tanda-tanda burnout, dan mengambil tindakan untuk mengatasi stres adalah kunci agar liburan Anda tidak sia-sia. Ingatlah, liburan bukan hanya sekadar waktu untuk beristirahat, tetapi juga kesempatan untuk mempersiapkan diri menghadapi tantangan berikutnya dengan semangat baru.

“`
Sumber referensi: anomsuryaputra.id