4 Cara Membebaskan Anak dari Self-Doubt

Anak-anak yang memiliki keyakinan pada diri sendiri lebih mampu menghadapi berbagai rintangan. Sebaliknya, anak-anak yang kurang percaya diri sering kali terjebak dalam keraguan diri mengenai kemampuan mereka.

Membangun kepercayaan diri pada anak bukan hanya soal memberi pujian tanpa makna atau penghargaan atas keikutsertaan semata. Ini lebih mengenai memahami dan menghargai jati diri anak. Anak-anak ingin diakui bukan hanya karena pencapaian mereka, tetapi juga karena siapa mereka sebagai individu.

Empati dari orang tua sangat berpengaruh terhadap cara anak melihat diri mereka dan potensi yang mereka miliki. Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan orang tua untuk membantu anak mengatasi keraguan diri.

1. Validasi Perasaan Mereka

4 Cara Membebaskan Anak dari Self-Doubt

Ilustrasi percakapan orang tua bersama anak-anak (pexels.com/Julia M Cameron)

Anak-anak yang merasa didengar akan lebih menghargai emosi mereka dan tidak akan mengabaikannya. Memvalidasi perasaan bukan berarti selalu setuju, tetapi mengakui bahwa pengalaman yang mereka rasakan itu nyata dan penting.

“Anak-anak berkembang ketika mereka merasa diakui, didukung, dan dipahami. Tidak ada anak yang ingin orangtuanya menunjukkan kurangnya empati,” ungkap psikolog Jeffrey Bernstein, Ph.D., dalam Psychology Today.

Contohnya, ketika seorang anak mengeluh kesulitan dengan pelajaran dan merasa bodoh, hindari respon seperti, “Jangan bilang begitu; kamu pintar, nak!” Respon tersebut justru membuat anak merasa diabaikan. Sebaliknya, katakan, “Aku mengerti perasaanmu. Pelajarannya memang sulit, ya? Tidak apa-apa merasa frustrasi. Mari kita cari solusinya bersama!” Memvalidasi emosi anak adalah langkah awal untuk membebaskan mereka dari keraguan diri.

2. Bimbing Mereka Melalui Tantangan Sosial

4 Cara Membebaskan Anak dari Self-Doubt, Ortu Wajib Perhatikan!

Ilustrasi percakapan orang tua dan anak (pexels.com/cottonbro studio)

Teman sebaya memiliki dampak besar dalam membangun rasa percaya diri, khususnya pada anak-anak pra-remaja dan remaja. Pengalaman negatif, seperti bullying atau pengucilan, dapat merusak keyakinan diri mereka. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk membimbing anak dalam menghadapi situasi sulit ini agar mereka dapat bebas dari keraguan diri.

Misalnya, jika anak pulang dengan perasaan sedih karena dikucilkan, dan bertanya, “Kenapa mereka membenciku?” Sebagai orang tua, alih-alih langsung mencari solusi, cobalah untuk berkomunikasi dengan, “Pasti tidak enak, ya? Ceritakan padaku bagaimana kejadian itu.” Ini akan memberi anak kesempatan untuk berlatih merespon dan memperkuat hubungan dengan teman-temannya.

“Membiarkan anak menghadapi tantangan dapat meningkatkan ketahanan, kemandirian, dan harga diri. Ketika anak berhasil menghadapi tantangan, mereka akan merasa lebih baik tentang diri mereka sendiri,” ungkap Dr. Daniel Amen, dokter dan psikiater, mengutip laman Good To.

Baca Juga: 5 Tips Parenting Yuska Galileo Ajarkan Anak Tata Krama

3. Melawan Pesan Negatif dari Lingkungan

4 Cara Membebaskan Anak dari Self-Doubt, Ortu Wajib Perhatikan!

Ilustrasi percakapan orang tua dengan anak (pexels.com/Kampus Production)

Anak-anak sering kali menerima pesan negatif dari lingkungan sekitar tentang kecerdasan, penampilan, atau nilai diri mereka. Tugas orang tua adalah mengatasi pesan-pesan berbahaya ini dengan kasih sayang dan dorongan.

Contohnya, jika seorang anak berprestasi mengungkapkan, “Aku tidak akan pernah cukup baik, sekeras apapun aku berusaha!” Alih-alih mengabaikan kritik diri ini, cobalah untuk berkata, “Aku tahu kamu merasa seperti itu, tapi kenyataannya, kami melihat betapa kerasnya kamu berusaha dan selalu memberikan yang terbaik. Mari kita bicarakan asal-usul perasaan ini.” Dengan mengakui perasaan anak dan mengingatkan mereka akan kekuatan yang dimiliki, orang tua membantu anak untuk melihat diri mereka dengan cara yang lebih positif.

4. Bantu Anak Menemukan dan Merayakan Kekuatan Mereka

4 Cara Membebaskan Anak dari Self-Doubt, Ortu Wajib Perhatikan!

Ilustrasi orang tua dan anak (pexels.com/Anna Shvets)

Rasa percaya diri akan tumbuh dan keraguan diri akan berkurang ketika anak-anak merasa mampu dan dihargai atas keberadaan mereka, bukan hanya karena pencapaian yang diraih. Ini berarti merayakan keunikan mereka dan memberikan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan baru.

Misalnya, jika seorang anak mengalami kesulitan dalam akademik dan merasa tertekan karena saudaranya selalu mendapatkan nilai A, orang tua dapat mendorong anak untuk mengeksplorasi minatnya dalam memasak dengan mendaftarkannya ke kelas kuliner. Merasakan bakatnya diakui oleh orang lain dapat membuat anak merasa bangga dan memiliki tujuan.

“Sisipkan dalam percakapan sehari-hari bahwa keunikan setiap individu itu luar biasa. Tanyakan kepada anak apa yang mereka sukai dari diri mereka dan apa yang membedakan mereka dari anak-anak lain. Jangan lupa untuk menyampaikan hal-hal positif tentang keunikan ini dari sudut pandang orang tua. Pesan positif yang konsisten dari orang tua sangat penting dalam membantu anak memiliki rasa percaya diri yang kuat,” kata psikolog Emily Edlynn, PhD, mengutip laman Parents.

Memahami anak, terutama saat mereka menghadapi masa-masa sulit, mengajarkan mereka bahwa mereka layak mendapatkan cinta dan penghargaan. Orang tua yang memvalidasi, membimbing, dan merayakan anak-anak mereka menciptakan fondasi bagi rasa percaya diri yang akan bertahan hingga dewasa.

Baca Juga: 5 Tips Parenting untuk Orangtua Introver yang Memiliki Anak Ekstrover

IDN Times Community adalah media yang memberikan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dipublikasikan sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.